SEDIKIT TENTANG KELUARGA
Hallo bagi yang membaca tulisan ini,terima kasih sudah mengunjungi blog saya ini sebelumnya,Di tulisan saya kali ini saya akan sedikit bercerita tentang keluarga saya.
Yah memang kalau dari keluarga mama saya,saya sangat dekat sekali dengan mereka,karena paman-paman dan tante saya dari keluarga mama saya sangat baik dan dekat sekali dengan saya.terutama kakek nenek yang masih ada sampai sekarang yang membuat saya di limpahi kasih sayang.saya biasa memanggil nya mbah kakung untuk kakek dan mbah putri untuk nenek saya.mbah kakung berasal dari jawa tengah(wonogiri)dan nenek saya berasal dari palembang(muaraenim).karena mbah saya seorang polisi maka saya juga tidak tahu kenapa bisa akhirnya menetap ada di lampung,jadi kalau ada yang mengira saya orang lampung itu salah besar.kaka saya mba dini juga tinggal bersama mbah dari SMA sampai sekarang ia telah menjadi polwan dan bertugas di Lampung Timur.lain halnya dengan keluarga mama kalau keluarga papa saya tidak terlalu dekat dengan paman dan tante saya karena kami ngumpul kalau ada event dan berkunjung satu sama lain kerumah,kalau dengan keluarga mama kan setiap lebaran pasti selalu pulang ke lampung.tapi dengan kelurga papa saya kami tetap dekat dalam arti keluarga dan bahkan seperti teman dengan paman dan tante saya dengan om duntet,tante tiwit dan lainnya.kalau dari mama saya masih mempunyai kakek nenek,nah kalau dari papa saya tidak mempunyai kakek nenek lagi.saya biasa memanggilnya opa dan oma.opa seorang tentara dengan sama pangkatnya LETKOL dengan mbah saya sewaktu pensiun.opa menutup usia tahun 1989 dan oma menyusul tahun 1993 setelah beberapa bulan saya lahir.yah memang kalau dari mama saya masih bisa merasakan kasih sayang seorang kakek nenek nah kalau dari papa sudah tidak bisa merasakan lagi.nah disini saya akan bercerita,beberapa hari yang lalu papa pulang dari arisan keluarga besar dari keluarga papa,lalu disitu papa juga baru tahu orangtua nya opa atau seorang kakek dan nenek bagi papa saya,kalau saya biasa memanggil orangtua dari mbah putri itu (buyut) nah berarti saya memanggil kakek dan nenek papa juga buyut aja deh haha.berikut saya akan bercerita tentang kakeknya papa atau buyut saya:
MOH THANI
Mohamad Thani berasal dari Desa Tanjung Terdana(sekarang Tanjung Raya) Bentiring, Bengkulu Tengah(Benteng).Kemudian merantau ke Bintuhan(Bengkulu Selatan),mengajar sebagai guru(jadi kalau ada yang bilang saya knowledgeable yah itu keturunan dari buyut saya ini). Pada masa itulah berjumpa dengan Halimah Tusa’diyah,yang berasal dari Desa Kepahyang, Ulu Luas, bintuhan yang kemudian menjadi isteri.lahirlah anak-anak: Zahari(opa saya),Hamalna,Amna,Rahma,Fatma dan Buchari. Karena Moh. Thani mau mencalonkan diri menjadi Pasirah (kepala marga masa belanda,atau bupati kalau sekarang kita kenal) di tempat asalnya,maka sekeluarga berangkat ke Kota Bengkulu dan menetap di Desa Sungai Itam (luar kota), Bengkulu Utara. Pada pemilihan Pasirah, maka terpilihlah sebagai Pasirah Marga Bermani Sungai Itam yang melingkupi desa-desa: Sungai Itam,Tanjung Terdana,Pondok Kubang,Batu Radja(di kaki gunung bungkuk), Linggar Galing, Talang Pauh dan Pasar Pedati.pasirah ini suasana pemerintahan nya sebagai kerajaan kecil yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda dan diberi wewenang penuh dan yang penting dapat menyetor pajak yang dipungut dari rakyat.
Kewajiban kepada pemerintah dipenuhi,tetapi Pasirah Mohd. Thani lebih mementingkan perlindungan terhadap rakyat agar dapat hidup tentram,sejahtera dan rukun. Untuk menguasai desa-desa dalam lingkungan Marga Bermani Sungai Itam,maka Pasirah dengan pakaian lengkap kedinasan yaitu topi gabus putih,setelan putih-putih dengan tongkat “komando”kepala perak,yang ada symbol kerajaan Belanda.perjalanan disertai oleh para “kemit”yang berjumlah lebih dari 5 orang untuk pembawa bekal,dokumen-dokumen yang diperlukan. Selain itu bertugas pula sebagai keamanan selama dalam perjalanan. Kunjungan kerja berlangsung sampai berminggu-minggu. Disetiap desa dikepalai oleh seorang Depati dan wakilnya Pemangku(nama dan jabatan masa Belanda). Sedangkan Pasirah sendiri atasannya adalah bangsa Belanda dengan jabatan Controleur, yang dipimpin oleh seorang Residen. Dalam masa-masa inilah lahir Chalidi,Suridendam,Ratna dan Azli. Azas gotong royong sangat menonjol,saling tolong menolong dikala bersawah,menegak rumah,dalam ditimpa musibah dan pada acara perhelatan perkawinan. Apabila Pasirah mulai ada rencana menanam padi,warga pada tumplek bergotong-royong. Apabila akan panen/mengetam padi suasana pun ramai sekali dan begitu pula pada setiap sabtu sore pasti dirumah sudah mulai disinggahi oleh warga desa yang akan membawa hasil hutannya untuk dijual di pecan minggu kota Bengkulu, untuk mendapat restu tanda sudah bayar resmi cukai izin menjual hasil hutan dari Pasirah, yang diatur oleh juru tulis Pasirah. Pegawai-pegawai di kantor Pasirah pun telah ada pembagian tugasnya masing-masing. Apabila ada perhelatan perkawinan ,maka setelah acara perkawinan akan berakhir,kedua mempelai diarak ke rumah Pasirah,sambil membawa jambar nasi kuning menyampaikan sembahnya bahwa acara perkawinanya telah selesai dengan tidak mengalami hambatan satu apapun. Dan begitu pula apabila terjadi masalah,ditangani oleh ekselon bawah yaitu depati dan wakilnya oleh pamangku. Apabila tidak juga ada penyelesaian, maka diambil alih oleh Pasirah.begitulah berjalannya pemerintahan pada saat itu. Pada suatu saat Pasirah akan melaksanakan perhelatan perkawinan anaknya yang bernama Hamalna, yaitu adik nya opa saya. Lazimnya dari setiap desa akan hadir cukup banyak dan juga akan dihadiri oleh pihak pemerintahan Belanda yang datang pada saat itu adalah Controleur beserta isteri. Perhelatan itu berlangsung 7 hari 7 malam dengan pemotongan kerbau. Tari-tarian pun disuguhkan dari berbagai daerah dengan khasnya dan diiringi tabuhan kelentang.suasana seperti adat-adat raja-raja dulu. Rakyat yang datang silih berganti begitu pula penjual es,penjual makanan,es lilin khas dulu menambah ramainya pesta.saat-saat seperti itulah terlihatnya dekatnya Pasirah dengan rakyat.
Pada akhir tahun 1935 terjadi situasi krisis ekonomi,yang dikenal dengan sebutan’malaise’.penghidupan rakyat mulai sulit.pada tahun 1941 Belanda melalui Pasirah menaikkan cukai(pajak)kepada rakyat. Mohd. Thani menentang keinginan pemerintah Belanda dan mengundurkan diri sebagai Pasirah. Setelah berhenti pindah rumah dari Sungai Itam dan diserahkan penghunian nya kepada anak yang sudah mempunyai suami yaitu Sjamsuddin. Mohd. Thani dan keluarga kemudian pindah ke kebon di padang gadung,kira-kira 5 km dari Sungai Itam. Disini lahirlah Achiri sebagai anak yang paling kecil. Sewaktu terjadi pertempuran dengan pihak Belanda maka Mohd. Thani beserta anak-anak mengungsi ke desa Linggar Gling jauh dari tempat yang dilalui tentara Belanda.
Pada saat pertempuran banyak tentara Belanda yang tewas di front Sungai Itam,maka semua rumah yang ada di pinggir jalan raya,termasuk rumah Mohd. Thani habis dibakar oleh Belanda. Pada saat kota Bengkulu sudah kembali kepada Republik Indonesia, maka semua pengungsi kembali ke kota. Oleh karena tidak mempunyai rumah lagi,maka Mohd. Thani beserta keluarga masuk kota Bengkulu dan beruntung ada family di jitera yang ada rumahnya yang bisa ditempati. Pada tahun 1951 Mohd. Thani wafat dalam usia 63 tahun.
Itulah sedikit cerita tentang keluarga saya,nah kalau mau melihat kakek buyut saya ini lihatlah papa saya karena 90% mirip,orang-orang bilang papa saya jelmaan kakeknya haha.jadi jangan mengira saya orang Lampung lagi.karena saya asli dari Desa tanjung Terdana,Batu Radja bengkulu.see you next soon.di tulisan saya berikutnya,terima kasih sudah membaca.
No comments:
Post a Comment