Tuesday, April 5, 2011

WAWANCARA IMAJINER DENGAN KAHI(AFTER SCHOOL)

January 3, 2011 by asokamaurya

Redaksi Errkpop berkesempatan mewawancarai Kahi, leader After School. Sebuah pembicaraan hangat terkait dengan gebrakan After School dengan member ke-9 yang digadang-gadang menjadi formasi ideal After School, di samping dialog tentang rokok, pernikahan, lari estafet, dan Los Galacticos.

Kesempatan emas ini tentunya tidak disia-siakan oleh kami. Simak wawancara admin Gayus selama 3 jam, di ruang meeting kantor Pledis Entertainment yang nyaman.

Lutut saya gemetar dan sekujur tubuh merinding ketika taksi yang saya tumpangi sampai di depan kantor Pledis Entertainment. Ketegangan telah dimulai sejak saya masih di hotel ketika memilih pakaian apa yang pantas saya kenakan untuk wawancara. Sempat terpikir untuk bergaya sedikit preppy, dalam balutan blazer, tetapi urung saya pilih, dan akhirnya saya berpakaian kaos hitam dengan logo Jack Daniels, jeans hitam, dan sepatu Vans warna hitam. Sebuah perasaan yang wajar, mengingat saya akan berbicara langsung empat mata dengan seorang figur wanita cerdas di industri musik Korea.

Setelah disambut oleh resepsionis yang bahasa Inggrisnya terbata-bata, saya dipersilakan menunggu di sebuah ruangan kecil berisi sofa warna-warni dan sebuah TV plasma berukuran besar menempel di dinding. AC ruangan yang sebetulnya disetel dalam temperatur normal menjadi seperti angin malam Ontario di bulan November.

Setelah sekitar 10 menit menunggu, sosok yang saya tunggu datang juga. Mengenakan atasan tanktop ketat warna hijau army yang ditutup oleh hoodie hitam, dan celana kargo 7/8, dan kalau saya tidak salah ingat kala itu Kahi memakai sebuah sandal model gladiator. Rambut hitam panjangnya dikuncir. Tidak lupa Kahi menenteng iPad kesayangannya.


Kesan pertama yang saya tangkap yaitu Kahi itu anggun. Di waktu yang sama, sosok tersebut memancarkan aura seksi, juga kharisma seorang pemimpin yang tegas dan cerdas.

“Hai, senang sekali ketemu dengan Anda! Saya kaget ketika diberi tahu seseorang dari Indonesia akan datang ke sini mewawancarai saya. Gimana penerbangan dari negara Anda ke Seoul?” dengan ceplas-ceplos dan ramah Kahi menyambut kehadiran saya.

Kahi lalu menawarkan saya minum, yang saya tolak pada awalnya. Seperti tipikal orang Asia pada umumnya, ia berkali-kali menanyakan apakah saya yakin tidak mau disuguhkan minuman, hingga saya menyerah dan akhirnya terhidang dua kaleng bir dingin untuk kami.

“Kita santai aja ya… Kalo mau ngerokok juga boleh,” ungkap Kahi seraya menunjuk rokok Benson and Hedges warna merah milik saya yang saya geletakkan di meja kaca. Saya tergelak, dan secara responsif Kahi mematikan AC ruangan dan saya mulai menyalakan rokok pertama saya, sementara Kahi mengutak-atik iPad-nya sebentar. Perkiraan saya, ia sedang main Twitter. Mudah-mudahan dia update status tentang saya yang wawancara dia, hehehehe….

“So, Kahi… Mau rokok juga?”
Oh enggak, makasih. Saya udah berhenti merokok sejak beberapa tahun lalu.

“Wow, itu sebuah pengalaman yang menarik dalam hidup. Berhenti menjadi seorang perokok sering kali jadi milestone penting dalam kehidupan seseorang.”
Ya, betul. Saya merokok ketika saya remaja. Ya kamu tahu sendirilah gimana gejolak emosi anak muda. Kamu sendiri umur berapa?

“Ehmmm…. 23 tahun.”
Waktu itu memang saya masih labil, cari jati diri. Dan sampai akhirnya saya menyesal. Salah satu penyesalan terbesar dalam hidup saya. Makanya saya selalu wanti-wanti anak-anak saya di After School supaya gak usah deh coba-coba ngerokok.

“Kahi tampaknya memang berusaha menjadi ibu yang baik untuk After School, ya? Sampai-sampai saya sering dengar selentingan lah, kalo Kahi suka marah-marah di backstage sama mereka.”
(tertawa) Hahaha… Hal itu gak salah. Saya sebagai yang paling tua di After School dan salah satu penggagas After School tentunya punya kewajiban moral untuk istilahnya membimbing dan mengasuh mereka. Plus mengambil peran sebagai keluarga, figur orang tua terutama, apalagi buat personel-personel yang masih muda. Lizzy dan Nana misalnya. Kalau masalah saya marah-marah ke mereka, itu demi kebaikan bersama. Saya orangnya perfeksionis. Saya mau di panggung, semua beres, tanpa cela sedikit pun.

“Apa sifat perfeksionis itu juga yang menyebabkan album solo Kahi belum selesai juga hingga sekarang?”
Harus saya katakan, iya (menghela napas). Karena ini proyek solo, saya ingin album ini jadi sesuatu yang memorable dalam hidup saya. Sebuah album di mana saya dapat menjadi diri saya sendiri seutuhnya, sebuah album di mana orang-orang mendengarkan dan mengenal seorang Park Ji Young, bukan Kahi leader-nya After School.

“Materi albumnya sendiri, sudah rampung berapa persen?”
Saya gak bisa sebut angka berapa persen. Yang jelas sudah banyak lagu dan hingga hari ini masih banyak komposer yang nawarin lagu untuk saya. Saya masih merasa belum ada lagu yang bisa memindahkan batu besar yang menutupi pandangan hati saya, yang bisa bikin saya bilang “oke, bungkus! Kita rilis album ini minggu depan.” Seperti itu perumpamaannya.

“Kabarnya Kahi ingin tampil beda di album solo ini? Dengan memainkan sendiri beberapa alat musik misalnya gitar dan piano.”
Of course! Seperti saya bilang sebelumnya. Saya mau album ini memorable, karena itu harus ada achievement khusus di album ini. Saya gak mau dong, lagu-lagu di album saya cuma berakhir jadi soundtrack drama misalnya. Maaf aja, bukannya saya meremehkan lagu-lagu yang jadi OST drama. Saya ingin jauh di atas itu.”

“Bagaimana dengan visi Kahi terhadap After School sendiri? Saya paham bahwa sistem rotasi personel ketika telah menua adalah salah satu cara membuat After School tetap eksis. Namun banyak yang meragukan kelanjutan After School apabila nanti Anda pensiun.”
Memang sistem rotasi dilakukan untuk membuat After School tetap ada dalam jangka waktu yang lama. Ketika suatu hari saya menikah dan punya anak, ketika saya menyalakan TV saya masih bisa lihat After School dengan wajah-wajah berbeda namun masih mengibarkan bendera After School.

“Seperti tim sepakbola ya?”
Kurang lebih begitu.

“Masalah keberlanjutan After School setelah Kahi pensiun?”
Saya rasa itu kekhawatiran yang berlebihan. Masa iya karena saya keluar, trus After School bubar? Ya gak bisa begitulah, kan tergantung Pledis maunya gimana. Hayo, saya kepingin tau siapa yang nyebarin isu itu.

“Hehehehehe, banyak lah. Mulai dari fans sampai media. Alasan mereka kan karena Kahi dianggap yang paling ber-skill, punya musikalitas tinggi, serba bisa. Istilahnya Kahi itu gak ada duanya…”
(nyengir) Yang pasti perekrutan personel After School gak sembarangan. Kami mengambil orang-orang yang istimewa untuk masuk di sini, untuk jadi pemegang tongkat estafet generasi penerus After School. Masing-masing orang spesial loh…. Saya selalu menekankan kepada anak-anak bahwa mereka itu luar biasa dengan apa yang ada dalam diri mereka. Saya biarlah tetap jadi saya. Kamu ya kamu. Mereka ya mereka. Siapapun yang jadi leader suatu hari, gak bisa itu mereka kalo coba-coba meniru saya. Mereka harus jadi diri mereka sendiri.

“Sebenarnya berapa personel After School yang ideal? Dulu sempat berenam bersama So Young. Setelah So Young out, bertujuh tambah Nana dan Raina. Kemudian datang Lizzy. Dan datanglah si orang kesembilan ini. Mengapa 9? Apa dalam rangka menjegal grup yang 9 orang juga itu?”
Sembilan orang yang mana? Hehehehe…. Jangan mancing-mancing deh (dan kami berdua tertawa terbahak-bahak)

“Hehehehe enggak, enggak, lupakan…” (saya jadi geli sendiri)
Anyway, kalau ditanya jumlah, After School yang sekarang sudah jadi formasi ideal kok. Dari vokalis, dancer, rapper…

“Anggota kesembilan itu banyak ngundang polemik ya sepertinya? Kenapa jadinya bukan satu di antara dua kandidat yang sudah lolos audisi. Perkenalan publik dengan Noh Lee Young yang jago main gitar itu mengejutkan loh. Shocking! Kayak ditampar…”
(tersenyum) Nah kamu sendiri kaget kan? Berarti strategi kami berhasil.

“Loh? Jadi pemilihan anggota ke-9 itu memang sudah direncanakan menghasilkan wow effect?”
Tepat! Buat saya, angka 9 itu angka bagus, angka spesial, jadi kami harus punya anggota yang spesial pula. Ibarat main kartu, Lee Young ini kartu truf kami. Belum ada kan grup serupa yang member-nya jago main gitar dan nyanyi? Cuma After School yang punya. Kami selalu berusaha untuk standing among the crowd. Kalo gak, kita bisa tergerus persaingan.

“Apa ini juga sinyal kalau Kahi akan mundur dari After School dalam waktu dekat?”
(mengangkat bahu) Bisa iya, bisa juga enggak. Tergantung lelaki mana yang mau ngelamar (cekikikan)

“Hihihihi…. Jadi ada rencana menikah dalam waktu dekat nih?”
(Kahi tidak langsung menjawab. Ia mengajak saya membuka kaleng bir, kami bersulang, dan menenggak bir itu)

“Birnya unik. Rasanya beda.”
Itu bir lokal, dicampur sama soju.

“Oh, pantas!”
Rencana nikah ya? Ya hmmm… Namanya perempuan, apalagi saya udah kepala 3. Keinginan itu pasti ada. Cuma belum ada yang sreg aja.

“Bagaimana seorang Kahi yang selalu dideskripsikan sebagai wanita yang kuat dan independen memandang pernikahan?”
(Kahi memiringkan kepala, berpikir sejenak) Saya percaya dengan lembaga pernikahan. Saya menganggap pernikahan itu sakral, ada campur tangan Tuhan di dalamnya, ada semacam misteri yang manusia gak pernah tahu. Intinya, pernikahan itu penting untuk melindungi manusia-manusia baru yang akan lahir ke dunia akibat pernikahan itu. Dari faktor reproduksi, faktor afeksi, hingga urusan administrasi, pernikahan menjawab semua itu.

“Pernikahan tanpa cinta, atau cinta tanpa pernikahan? Pilih mana?”
Pernikahan dengan cinta (Kahi tertawa lagi). Gak ada pilihannya ya? Oke oke, hmmmm ….. Cinta tanpa pernikahan, hahahahaha…. Kok tiba-tiba nanya gitu? (Kahi menahan tawa)

“Tenang aja, off the record kok…”
Kamu atur aja lah….

“Ada gak keinginan Kahi menjadikan After School itu jadi semacam super grup, dream band lah istilahnya, yang personelnya orang-orang hebat yang diambil dari grup lain?”
Kalo ada uangnya sih, mau jadi apa aja bisa, hahahaha….

“Jujur, sebenarnya pertanyaan tadi terlontar saat saya pernah baca wawancara kalau Kahi tertarik untuk masukkin CL dalam skuad After School.”
Yaahh, namanya juga keinginan (tersenyum), tentunya saya ingin orang terbaik untuk mengisi line-up kami. CL itu hebat, dia masih muda, cerdas, ngerapnya jago. Kalo ada jalan untuk menjadikan dia anggota After School, why not? Akan saya duetkan dengan Bekah (tersenyum)

“Kalau diminta berangan-angan, selain CL sebagai rapper, siapa lagi yang ingin Kahi ajak masuk After School? Vokalis? Dancer?”
(Kahi mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, tampak berpikir serius)

“……..”
Vokalis saya kepingin Ye Eun.

“Ye Eun? Wonder Girls?”
Betul. Kalo dancer, hmmm…. Dancer ya? Ah, Victoria! F(x)!

“Pilihan yang dahsyat loh. Kalo itu terealisasi, betul-betul jadi supergrup. Line-up lengkapnya dong, hehehehe….”
(Kahi menepuk jidatnya) Hehehe, belum pernah saya diwawancara sama wartawan yang ngejar pertanyaan kayak gini. Betulan….

“Off the record kok….”
Hahahaha santai. Oke, format After School masa depan itu Bekah, Raina, Uee, Lee Young, Ye Eun, CL, Victoria.

“Kahi?”
Hehehehe, kalau masih diizinkan di After School, boleh ditambahin kok.

“Jika demikian, Jung Ah, Nana, Jooyeon, Lizzy, mau dikemanain?”
Tuh kan, jadi dianggap serius (cemberut). Becanda, kidding! Nana, Jooyeon, Lizzy masih muda, kariernya masih panjang. Jooyeon cantik, boleh dia coba akting. Jung Ah udah matang, ada baiknya dia punya album solo kalau mau serius nyanyi. Banyak alternatif, banyak pilihan. Pokoknya kalo jebolan After School, mutu terjamin deh!

Setelah itu, saya dan Kahi ngobrol ngalor-ngidul ke mana-mana hingga gak terasa manajer After School masuk menghampiri kami dan mengingatkan Kahi bahwa sebentar lagi ada jadwal pemotretan di sebuah majalah.

“OK, Kahi! Senang sekali ketemu dengan Anda! Betul-betul pengalaman tak terlupakan!”
Sama-sama. Saya juga senang dengan bertemu kamu. Sangat menyenangkan. Salam ya untuk teman-teman di Indonesia!

artikel di atas adalah milik http://asokamaurya.wordpress.com

1 comment:

ssarangbit said...

huaaa what a lucky! Pengen juga wawancara kahi lah :DD kekeke~